31 Mei 2010

Entah, itu aku...!!!



"eNtah menGapa aQ taK berDaya, waKtu kaU biSikkAn jaNgan aQ kaU tiNggaLkan"

"sePerTi biaSa aQ diaM taK biCara, haNya maMpu paNDangi bi2r tiPismU yaNg meNAri"
"sePERti biaSa aQ taK saNGgup beRjaNJi, haNya maMpu kaTakan aQ cinTa kaU saAt ini"


"...ENTAH ESOK HARI,,,"
"... ...ENTAH LUSA NANTI,,,"
"... ... ...ENTAH...!!!"

30 Mei 2010

Biografi iwan fals


Aku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau kenapa sampai sekarang pun aku masih gambang menangis. Biar begini-begini, aku orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai contoh, menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses lalu medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat aku tersentuh dan lalu menangis.

Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku. Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Aku dimarahi.

Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatanku.

Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.

Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. "Kok kayak gini steman-nya?" tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa nyetem gitar. Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.

Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, aku menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirku waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar di vokal grup sekolahku.

Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar. Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones. Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.

Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.

Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.

Di SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.

Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.

Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.

Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian dibredel.

Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku untuk membuat master. Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.

Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam, diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi MC, dll), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses. Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak-anak muda.

Akhirnya aku rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, aku sudah rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu, musikku mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani Willy Soemantri.

(dikutip dari iwanfals.co.id)

26 Mei 2010

berita KADES CABUL dari Media Online Bhirawa

Ketangkap Basah Berbuat Mesum, Kades Payaman Dituntut Mundur

Lamongan, Bhirawa
Ratusan warga Desa Payaman Kecamatan Solokuro, Rabu sore (19/5) berunjukrasa menuntut mundur Kepala Desa mereka, M Rofik lantaran diketahui berbuat 'mesum' bersama  Sof (30), wanita yang ditinggal suaminya menjadi TKI.
Aksi ratusan massa warga Payaman itu sebenarnya sudah diawali sejak, Senin (17/5) setelah Kades ketangkap basah berbuat 'nyak nyik nyuk'  di rumah Sof, wanita idamanya pada Sabtu malam (15/5 ).
Kades yang beranak dua ini langsung digelendeng warga ramai-ramai ke balai desa. Sejak itu warga terus melakukan upaya agar kadesnya mundur dari jabatanya. Puncaknya, Rabu sore kemarin massa kembali melakukan aksi untuk rasa dari pukul 16.00 - 20.00 wib.
Massa langsung mengajak anggota BPD untuk melengeserkan Kades masum itu. Dari 11 jumlah anggota BPD semula hanya 6 anggota BPD yang mau datang hingga akhirnya massa bergerak mengajak anggota Polsek setempat untuk mencari anggota BPD lainnya.
Aksi massa yang juga melibatkan kaum hawa itu juga sesekali dibarengi dengan teriakan-teriakan agar Kades dipecat segera. "Lengserkan saja, Rofik kades mesum. BPD harus berani tegas memecat Kades," teriak Saiful warga setempat.
Apa yang dituntut warga ini memang beralasan, karena perbuatan Kades itu dinilai sangat menyinggung dan mempermalukan desa mereka. Dari perjalanan debat dan musyawarah dib alai desa itu ternyata sangat berjalan alot karena BPD tidak berani tegas melengserkan Kades mereka.
Adu mulut bahkan hingga muncul aksi bakar-bakar pelepah kelapa juga terjadi karena BPD masih belum berani memecat Kades. Muspika terdiri dari Camat, Dandramil, dan Kapolsek yang turut serta dalam acara dib alai desa itu hanya menjadi mediator karena semua keputusan diserahkan BPD.
BPD yang berhak memberikan rekomendasi pemecatan Kades. Sementara Camat juga saat itu dituntut warga agar berani memecat Kades, namun Camat menegaskan tidak punya wewenang untuk memecat kades. Yang berhak memecat Kades itu adalah BPD.
Sementara BPD berasalan, takut ada tuntutan dari Kades jika BPD membuat keputusan memecat Kades.  Apa yang menjadi ketakutan anggota BPD itu akhirnya terjawab, karena KH Mustofa, tokoh agama setempat berani pasang badan dan memberikan jaminan jika ada tuntutan dari Kades.
"Saya yang akan bertanggungjawab jika Kades nanti menuntut dikemudian hari, Saya yang akan memback-up," tegas Mustofa.
Dengan jaminan Kh Mustofa, akhirnya BPD sepakat untuk membuat usulan melengserkan Kades kepada Bupati. Surat keputusan itu akan dibawa camat untuk melanjutkan ke Bupati Lamongan, Masfuk. Namun camat juga tidak memberikan jaminan hasilnya nanti karena semua keputusan tergantung bupati.
Sementara itu, Kapolsek Solokuro, AKP Budi H menyatakan, pihaknya hanya akan menunggu keputusan hasil dari bupati. Soal proses hukum bagi Kades memang tetap menjadi prioritas dan harus dilanjutkan. [han]

18 Mei 2010

Haa..., Kadesku Seorang Pezina?

Haa..., Kadesku Seorang Pezina?

Memalukan.... Menjijikkan..., dan Hancurkan..!!! Tiga kata yang kutulis di awal tulisan ini dengan diakhiri tanda seru itu bisa dijadikan gambaran, akan seperti apa kelanjutan tulisanku ini. Dan tentunya, itu adalah gambaran dari perilaku bejat Kepala Desa (Kades) Payaman, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, berinisial Rfk, yang diduga kuat melakukan perzinaan (njino).

***
MALAM itu, Jumat (14/5) dini hari sekitar pukul 01.30 WIB, handphone (HP) yang ada di saku celana jinsku tiba-tiba bergetar. Sepontan, tanganku merayap meraih telepon seluler (ponsel) tuaku itu. Sambil menggapai HP-ku, aku yang malam itu sedang berada di tengah-tengah majelis maiyah Kenduri Cinta yang diasuh budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) di halaman aman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, beranjak keluar dari majelis itu karena di sana suaranya gaduh. Sehingga sulit bagiku untuk berbicara di telepon.

”Kak, petinggi ketangkap basah selingkuh mbarek wong Plirangan,” begitu suara dari ujung telepon yang tak lain adalah suara adikku yang saat itu sedang berada di kampung halaman. ”Kapan?,” tanyaku. ”Barusan ae, sekitar jam setengah 12 mau. Saiki kabur. Dicolno karo Pak RT,” jawab adikku.

Artinya, baru beberapa saat kejadiaan itu terjadi, dan aku yang berada jauh dari kampung halaman sudah mendengar kabar itu. Sebenarnya, kabar adanya guru zina, pimpinan zina, anak yang membunuh orangtua, atau kabar-kabar ironis lainnya, bagiku itu sudah biasa. Bisa dibilang, kabar seperti itu bagiku sudah menjadi menu hampir tiap hari. Dan aku biasanya tidak terlalu menghiraukan.

Tapi kali ini, kabar yang kuterima dari adikku itu langsung menyulut emosiku. Ini benar-benar mengagetkanku. Aku benar-benar tidak terima dengan perilaku bejat pemimpin desaku itu. Kabar bahwa aku, keluargaku, dan juga rakyat di desaku yang umumnya dikenal memegang teguh syariat Islam, ternyata dipimpin oleh seorang pemimpin yang diduga kuat sebagai pezina. Dalam tulisan ini, sengaja nama sang kades hanya kutulis dengan inisial, dan kuawali dengan kalimat ”diduga kuat”, karena bagaimanapun, saya harus tetap memegang aturan hukum dalam penulisan, yaitu azas praduga tak bersalah (presumption of innocent). Meskipun, kemungkinan kebenaran berita itu sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan kaburnya sang kades yang hingga tulisan ini kubuat, tidak berani menunjukkan batang hidungnya karena takut dimassa. Karena kalau tidak benar selingkuh, kenapa harus kabur???

Saya tidak bisa membayangkan bagimana pikiran yang ada di benak para tokoh-tokoh agama di desaku, seperti Mbah Yai Rofi’e, Yai Munir, para guru-guru, dan masyarakat Payaman pada umumnya. Kalau aku yang tinggal jauh dari desa saja, dan selama ini tidak pernah bersentuhan atau punya urusan langsung dengan sang kades biadab itu saja, merasa sangat geregetan mendengar kabar ini, bagaimana dengan mereka-mereka yang tinggal di desaku, dan pernah berurusan dengan kades yang satu ini.

Apalagi dengan orang-orang yang punya dendam pribadi dengannya, seperti para calon kades yang pernah tumbang oleh pimpinan bejat yang satu ini, saat Pilkades beberpa tahun lalu. Juga, warga yang selama ini merasa tidak puas dengan kepemimpinannya.

Sebab, kerap kudengar, selama kepemimpinannya, pembangunan desa hampir sama sekali tidak tampak. Padahal alokasi dana desa (ADD) dari pemerintah tiap tahunnya mencapai ratusan juta. Entah kemana saja anggaran itu larinya? Kok pembangunan tidak tampak. Tentunya ini menjadi tanda tanya besar (?). Mungkin selama ini sebagian masyarakat desaku tidak tahu, atau tidak pernah mau tahu kalau ada ADD yang nilainya luar biasa.

Nah, sekarang, ketika ada kabar kadesku njino, aku sebagai warga Desa Payaman jelas gregetan. Dan hampir semua teman desaku yang menghubungiku menunjukkan kemarahannya begitu mendengar kabar ini. Karena aku suka menulis, kemarahanku itu langsung kuluapkan dalam bentuk tulisan.

Tentunya, dalam kemarahanku itu, pikiranku langsung terbang kepada ”ganjaran” apa yang patut diterima oleh pimpinan yang berperilaku bejat seperti ini. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 284 huruf a disebutkan, seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak/perzinaan (overspel); dan huruf b pada pasal yang sama, disebutkan bahwa seorang wanita yang telah kawin yang melakukan perbuatan zina, keduanya bisa dijerat hukuman pidana penjara paling lama sembilan bulan.

Tapi, pikiranku tentang ganjaran yang patut diterima oleh kadesku itu, bukan seperti apa yang tertuang dalam KUHP itu. Karena untuk urusan hukum itu, urusannya terlalu ribet. Harus ada laporan dari korban (suami/istri sahnya) ke polisi. Lantas, dari polisi juga biasanya penanganannya ribet. Apalagi polisi kita banyak yang gampang disuap, dan sang kades kabarnya juga sangt cs dengan sejumlah Pak Polisi yang bermarkas di wilayah Ndandu, Solokuro.

Belum lagi nanti dari polisi, kalau saja kasusnya berlanjut, masih harus dibawa ke kejaksaan, baru ke pengadilan. Itu kalau bisa dilanjut. Terlalu ribet dan butuh waktu lama. Makanya kalau tindakan hukuman yang seperti itu tidak terlalu kuhiraukan.

Pikiranku justru lebih mengarah kepada hukuman sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan Rasulullah SAW, bahwa bagi pezina yang sudah menikah, maka hukumannya adalah dirajam sampek matek di lapangan yang disaksikan oleh masyarakat umum.

Tapi karena hukum positif kita tidak menganut cara itu, dan kalau kita menggunakan cara itu, justru kita yang akan kena hukuman pidana, maka hukuman paling cocok bagi pimpinan yang seperti itu adalah hukuman sosial, dan tentunya juga hukuman disiplin sebagai kades. Dalam hal hukuman disiplin sebagai kades ini, satu-satunya cara adalah wajib lengser. Karena tidak mungkin pimpinan yang seperti itu dipertahankan. Aku, dan juga warga payaman pada umumnya, baik yang NU, Muhammadiyah, atau kaum abangan, jelas tidak rela dipimpin oleh pemimpin yang hobi zina.

Lantas, seperti apa hukuman sosial yang bisa dilakukan. Pertama, seandainya sang kades tertangkap, seperti yang banyak dilakukan warga di daerah lainnya jika menangkap pasangan selingkuh, yaitu dengan diarak dalam kondisi telanjang bulat dengan pasangannya. Apalagi ini seorang pemimpin desa yang mayoritas warganya memagang teguh syariat Islam. Itu jika sang kades tertangkap.

Hukuman sosial kedua, seperti cara yang memang sudah menjadi tren saat ini dalam menyikapi ketidakbenaran, yaitu dengan menggelar aksi demonstrasi. Tentunya, aksi demonstrasi yang dilengkapi dengan spanduk-spanduk hujatan dan ungkapan ketidakpuasan terhadap pimpinan yang seperti ini. Dan, itu sudah dilakukan oleh warga desaku, hari itu juga di depan balai desa.

Tentunya, bagiku itu sangat kurang. Menurutku, minimal demonstrasi harus dilakukan di depan kantor kecamatan, dan Pemkab Lamongan. Tentunya dengan jumlah massa yang besar. Dengan begitu, wartawan dari berbagai media, baik cetak maupun elektronik, terutama televisi yang biasa mangkal di pusat Kota Lamongan, akan dengan mudah meliputnya. Berbeda jika aksi dilakukan hanya di desa yang jauh dari jangkauan media.

Sebab kalau perselingkuhan, bagi media itu tidak terlalu punya nilai berita. Kecuali jika yang melakukan itu anggota DPRD, atau Bupati. Itu baru berita. Jadi, agar kasus ini bisa diberitakan, caranya aksi demonstrasinya harus dilakukan dengan jumlah massa besar. Dan harus dilengkapi dengan berbagai atribut di depan Bupati. Selain minta agar kades ini lengser, cara itu yang paling utama yaitu agar bisa dihukum oleh sebah pemberitaan.

Hukuman seperti itu masih jauh lebih ringan dibandingkan hukuman yang dicontohkan Rasul, yakni dirajam hingga ajal menjemput. Atau hukuman yang biasa diterapkan oleh warga di sejumlah daerah lainnya, yaitu dimassa hingga tewas. Bagaimana, Anda setuju…..????

Wassalam…

Jakarta, 17 Mei 2010

Atas Nama Warga Desa Payaman yang Tinggal di Perantauan
 
(dari beberapa sumber)

11 Mei 2010

"BELATUNG" Iwan Fals

Lirik lagu Iwan Fals yang belum pernah diedarkan. Iwan Fals saat membaca lirik ini sempat bingung, dia tidak ingat kalau pernah menulis lirik lagu ini dan dia juga tidak memiliki rekamannya. Lantas kolektor menyerahkan rekaman lagu ini dan Iwan Fals baru yakin kalau dia dulu pernah menyanyikannya.

 

Belatung-belatung cepat datang cepat pergi
Pikiranku mengembara lagi
Disamping kolam ikan
Diatas lantai beton
Saat hujan rintik-rintik
Tetanggaku menjemur pakaian

Seekor kadal buntung mati
Mayatnya hijau kehitam-hitaman
Seekor lalat hijau kepalanya merah
Menjilat-jilat bangkainya
Seekor lalat hitam bersayap coklat
Kadang ikut menjilat-jilat juga

Seekor belatung ditinggal pergi
Teman-temannya pergi
Bau busuk menganggu hidupku
Suaranya lalat hijau yang lain terus berbunyi

Sebentar hinggap dibangkai
Sebentar hinggap ditelingaku
Suasana sepi membantu
Bau bangkai terbawa angin
Matahari bersinar terang
Hujan rintik-rintik membasahi bebatuan

Aku mulai menjauh …


(Lagu Non Komersil...)
sumber: http://www.iwanfalsmania.blogspot.com/

100 Kalimat Indah dalam Lirik Lagu Iwan Fals

Lagu-lagu yang dinyanyikan Iwan Fals baik solo album maupun dinyanyikan bersama format group banyak memuat lyric yang istimewa, baik ciptaannya sendiri maupun dari orang lain. Beberapa diantaranya adalah rangkaian kata yang indah dan menjadi kalimat penuh makna.

Berikut adalah sedikit yang sempat kami kumpulkan. Simak dan resapilah makna yang terkandung didalamnya. Semoga hari-hari kita menjadi lebih berguna.

100 Kalimat Indah Dalam Lirik Lagu Iwan Fals dkk
--------------------------------------------------------
1.“Berhentilah jangan salah gunakan, kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan”
(Puing – album Sarjana Muda 1981)

2.“Hei jangan ragu dan jangan malu, tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu”.
(Bangunlah Putra-Putri Pertiwi – album Sarjana Muda 1981)

3."Cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu, hantamlah sombongnya dunia buah hatiku, doa kami dinadimu”.
(Galang Rambu Anarki – album Opini 1982)

4.“Jalan masih teramat jauh, mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh”.
(Maaf Cintaku - album Sugali 1984)

5.“Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari, bila luka di kaki belum terobati”.
(Berkacalah Jakarta - album Sugali 1984)

6.“Riak gelombang suatu rintangan, ingat itu pasti kan datang, karang tajam sepintas seram, usah gentar bersatu terjang”.
(Cik - album Sore Tugu Pancoran 1985)

7.“Aku tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini, entah esok hari, entah lusa nanti, entah”.
(Entah - album Ethiopia 1986)

8.“Mengapa bunga harus layu?, setelah kumbang dapatkan madu, mengapa kumbang harus ingkar?, setelah bunga tak lagi mekar”.
(Bunga-Bunga Kumbang-Kumbang - album Ethiopia 1986)

9.“Ternyata banyak hal yang tak selesai hanya dengan amarah”.
(Ya Ya Ya Oh Ya - album Aku Sayang Kamu 1986)

10.“Dalam hari selalu ada kemungkinan, dalam hari pasti ada kesempatan”.
(Selamat Tinggal Malam - album Aku Sayang Kamu 1986)

--------------------------------------------------------

11.“Kota adalah hutan belantara akal kuat dan berakar, menjurai didepan mata siap menjerat leher kita”.
(Kota - album Aku Sayang Kamu 1986)

12.“Jangan kita berpangku tangan, teruskan hasil perjuangan dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan”.
(Lancar - album Lancar 1987)

13.“Jangan ragu jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang jangan hanya diam”.
(Surat Buat Wakil Rakyat - album Wakil Rakyat 1987)

14.“Kau anak harapanku yang lahir di zaman gersang, segala sesuatu ada harga karena uang”.
(Nak - album 1910 1988)

15.“Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli?, sampai nanti sampai habis terjual harga diri”.
(Mimpi Yang Terbeli - album 1910 1988)

16.“Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu”.
(Ibu - album 1910 1988)

17.“Memang usia kita muda namun cinta soal hati, biar mereka bicara telinga kita terkunci”.
(Buku Ini Aku Pinjam - album 1910 1988)

18.“Dendam ada dimana mana di jantungku, di jantungmu, di jantung hari-hari”.
(Ada Lagi Yang Mati - album 1910 1988)

19.“Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat”.
(Perempuan Malam - album Mata Dewa 1989)

20.“Kucoba berkaca pada jejak yang ada, ternyata aku sudah tertinggal, bahkan jauh tertinggal”.
(Nona - album Mata Dewa 1989)

--------------------------------------------------------

21.“Oh ya! ya nasib, nasibmu jelas bukan nasibku, oh ya! ya takdir, takdirmu jelas bukan takdirku”.
(Oh Ya! - album Swami 1989)

22.“Wahai kawan hei kawan, bangunlah dari tidurmu, masih ada waktu untuk kita berbuat, luka di bumi ini milik bersama, buanglah mimpi-mimpi”.
(Eseks eseks udug udug (Nyanyian Ujung Gang) - album Swami 1989)

23.“Api revolusi, haruskah padam digantikan figur yang tak pasti?”.
(Condet - album Swami 1989)

24.“Kalau cinta sudah di buang, jangan harap keadilan akan datang”.
(Bongkar - album Swami 1989)

25.“Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperkuda jabatan”.
(Bongkar - album Swami 1989)

26.“Orang tua pandanglah kami sebagai manusia, kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta”.
(Bongkar - album Swami 1989)

27.“Satu luka perasaan, maki puji dan hinaan, tidak merubah sang jagoan menjadi makhluk picisan”.
(Rajawali - album Kantata Takwa 1990)

28.“Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata kata”.
(Paman Doblang - album Kantata Takwa 1990)

29.“Mereka yang pernah kalah, belum tentu menyerah”.
(Orang-Orang Kalah - album Kantata Takwa 1990)

30.“Aku rasa hidup tanpa jiwa, orang yang miskin ataupun kaya sama ganasnya terhadap harta”.
(Nocturno - album Kantata Takwa 1990)

--------------------------------------------------------

31.“Orang orang harus dibangunkan, kenyataan harus dikabarkan, aku bernyanyi menjadi saksi”.
(Kesaksian - album Kantata Takwa 1990)

32.“Ingatlah Allah yang menciptakan, Allah tempatku berpegang dan bertawakal, Allah maha tinggi dan maha esa, Allah maha lembut”.
(Kantata Takwa - album Kantata Takwa 1990)

33.“Kebimbangan lahirkan gelisah, jiwa gelisah bagai halilintar”.
(Gelisah - album Kantata Takwa 1990)

34.“Bagaimanapun aku harus kembali, walau berat aku rasa kau mengerti”.
(Air Mata - album Kantata Takwa 1990)

35.“Alam semesta menerima perlakuan sia sia, diracun jalan napasnya diperkosa kesuburannya”.
(Untuk Bram - album Cikal 1991)

36.“Duhai langit, duhai bumi, duhai alam raya, kuserahkan ragaku padamu, duhai ada, duhai tiada, duhai cinta, ku percaya”.
(Pulang Kerja - album Cikal 1991)

37.“Dimana kehidupan disitulah jawaban”.
(Alam Malam - album Cikal 1991)

38.“Ada dan tak ada nyatanya ada”.
(Ada - album Cikal 1991)

39.“Aku sering ditikam cinta, pernah dilemparkan badai, tapi aku tetap berdiri”.
(Nyanyian Jiwa - album Swami Il 1991)

40.“Aku mau jujur jujur saja, bicara apa adanya, aku tak mau mengingkari hati nurani”.
(Hio - album Swami Il 1991)

--------------------------------------------------------

41.“Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta walau aku tahu tak terdengar, jariku menari tetap tak akan berhenti sampai wajah tak murung lagi”.
(Di Mata Air Tidak Ada Air Mata - album Belum Ada Judul 1992)

42.“Mengapa besar selalu menang?, bebas berbuat sewenang wenang, mengapa kecil selalu tersingkir?, harus mengalah dan menyingkir”.
(Besar Dan Kecil - album Belum Ada Judul 1992)

43.“Angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku, aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung”.
(Aku Disini - album Belum Ada Judul 1992)

44.“Jalani hidup, tenang tenang tenanglah seperti karang”.
(Lagu Satu - album Hijau 1992)

45.“Sebentar lagi kita akan menjual air mata kita sendiri, karena air mata kita adalah air kehidupan”.
(Lagu Dua - album Hijau 1992)

46.“Kita harus mulai bekerja, persoalan begitu menantang, satu niat satulah darah kita, kamu adalah kamu aku adalah aku”.
(Lagu Tiga - album Hijau 1992)

47.“Kenapa kebenaran tak lagi dicari?, sudah tak pentingkah bagi manusia?”
(Lagu Empat- album Hijau 1992)

48.“Kenapa banyak orang ingin menang?, apakah itu hasil akhir kehidupan?”.
(Lagu Empat- album Hijau 1992)

49.“Anjingku menggonggong protes pada situasi, hatiku melolong protes pada kamu”.
(Lagu Lima - album Hijau 1992)

50.“Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi, kami berdiri menjaga dirimu”.
(Karena Kau Bunda Kami - album Dalbo 1993)

--------------------------------------------------------

51.“Apa jadinya jika mulut dilarang bicara?, apa jadinya jika mata dilarang melihat?, apa jadinya jika telinga dilarang mendengar?, jadilah robot tanpa nyawa yang hanya mengabdi pada perintah”.
(Hura Hura Huru Hara - album Dalbo 1993)

52.“Tertawa itu sehat, menipu itu jahat”.
(Hua Ha Ha - album Dalbo 1993)

53.“Nyanyian duka nyanyian suka, tarian duka tarian suka, apakah ada bedanya?”
(Terminal – single 1994)

54.“Waktu terus bergulir, kita akan pergi dan ditinggal pergi”.
(Satu Satu – album Orang Gila 1994)

55.“Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan, jangan marah-marah nanti cepat mati, santai sajalah”.
(Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album Orang Gila 1994)

56.“Mau insaf susah, desa sudah menjadi kota”.
(Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album Orang Gila 1994)

57.“Pertemuan dan perpisahan, dimana awal akhirnya?, dimana bedanya?”.
(Doa Dalam Sunyi – album Orang Gila 1994)

58.“Jika kata tak lagi bermakna, lebih baik diam saja”.
(Awang Awang – album Orang Gila 1994)

59.“Bagaimana bisa mengerti?, sedang kita belum berpikir, bagaimana bisa dianggap diam?, sedang kita belum bicara”.
(Awang Awang – album Orang Gila 1994)

60.“Aku bukan seperti nyamuk yang menghisap darahmu, aku manusia yang berbuat sesuai aturan dan keinginan”.
(Nasib Nyamuk – album Anak Wayang 1994)

--------------------------------------------------------

61.“Oh susahnya hidup, urusan hati belum selesai, rumah tetangga digusur raksasa, pengusaha zaman merdeka”.
(Oh – single 1995)

62.“Aku disampingmu begitu pasti, yang tak kumengerti masih saja terasa sepi”.
(Mata Hati – album Mata Hati 1995)

63.“Sang jari menari jangan berhenti, kupasrahkan diriku digenggaman-Mu”.
(Lagu Pemanjat – album Lagu Pemanjat 1996)

64.“Lepaslah belenggu ragu yang membelit hati, melangkah dengan pasti menuju gerbang baru”.
(Songsonglah – album Kantata Samsara 1998)

65.“Berani konsekuen pertanda jantan”.
(Nyanyian Preman – album Kantata Samsara 1998)

66.“Dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuranimu berbicara”.
(Langgam Lawu – album Kantata Samsara 1998)

67.“Matinya seorang penyaksi bukan matinya kesaksian”.
(Lagu Buat Penyaksi – album Kantata Samsara 1998)

68.“Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut, walau hati panas bahkan terbakar sekalipun”.
(Di Ujung Abad - album Suara Hati 2002)

69.“Jangan goyah percayalah teman perang itu melawan diri sendiri, selamat datang kemerdekaan kalau kita mampu menahan diri”.
(Dendam Damai - album Suara Hati 2002)

70.“Berdoalah sambil berusaha, agar hidup jadi tak sia-sia”.
(Doa - album Suara Hati 2002)
--------------------------------------------------------

71.“Harta dunia jadi penggoda, membuat miskin jiwa kita”.
(Seperti Matahari - album Suara Hati 2002)

72.“Memberi itu terangkan hati, seperti matahari yang menyinari bumi”.
(Seperti Matahari - album Suara Hati 2002)

73.“Jangan heran korupsi menjadi jadi, habis itulah yang diajarkan”.
(Politik Uang – album Manusia Setengah Dewa 2004)

74.“Gelombang cinta gelombang kesadaran merobek langit yang mendung, menyongsong hari esok yang lebih baik”.
(Para Tentara – album Manusia Setengah Dewa 2004)

75.“Terhadap yang benar saja sewenang wenang, apalagi yang salah”.
(Mungkin – album Manusia Setengah Dewa 2004)

76.“Begitu mudahnya nyawa melayang, padahal tanpa diundang pun kematian pasti datang”.
(Matahari Bulan Dan Bintang – album Manusia Setengah Dewa 2004)

77.“Dunia kita satu, kenapa kita tidak bersatu?”.
(Matahari Bulan Dan Bintang – album Manusia Setengah Dewa 2004)

78.“Urus saja moralmu urus saja akhlakmu, peraturan yang sehat yang kami mau”.
(Manusia Setengah Dewa – album Manusia Setengah Dewa 2004)

79.“Di lumbung kita menabung, datang paceklik kita tak bingung”.
(Desa – album Manusia Setengah Dewa 2004)

80.“Tutup lubang gali lubang falsafah hidup jaman sekarang”.
(Dan Orde Paling Baru – album Manusia Setengah Dewa 2004)

--------------------------------------------------------

81.“Buktikan buktikan!, kalau hanya omong burung beo pun bisa”.
(Buktikan – album Manusia Setengah Dewa 2004)

82.“Dunia politik dunia bintang, dunia hura hura para binatang”.
(Asik Nggak Asik – album Manusia Setengah Dewa 2004)

83.“Dewa-dewa kerjanya berpesta, sambil nyogok bangsa manusia”.
(17 Juli 1996 – album Manusia Setengah Dewa 2004)

84.“Tanam-tanam pohon kehidupan, siram siram sirami dengan sayang, tanam tanam tanam masa depan, benalu-benalu kita bersihkan”.
(Tanam-Tanam Siram-Siram – single 2006)

85.“Ada apa gerangan mengapa mesti tergesa gesa, tak bisakah tenang menikmati bulan penuh dan bintang”.
(Haruskah Pergi – 2006)

86.“Persoalan hidup kalau diikuti tak ada habisnya, soal lama pergi soal baru datang”.
(Selancar – 2006)

87.“Jaman berubah perilaku tak berubah, orang berubah tingkah laku tak berubah”.
(Rubah – album 50:50 2007)

88.“Satu hilang seribu terbilang, patah tumbuh hilang berganti”.
(Pulanglah – album 50:50 2007)

89.“Hidup ini indah berdua semua mudah, yakinlah melangkah jangan lagi gelisah”.
(KaSaCiMa – album 50:50 2007)

90.“Tak ada yang lepas dari kematian, tak ada yang bisa sembunyi dari kematian, pasti”.
(Ikan-Ikan – album 50:50 2007)

--------------------------------------------------------

91.“Ada kamu yang mengatur ini semua tapi rasanya percuma, ada juga yang janjikan indahnya surga tapi neraka terasa”.
(Cemburu – album 50:50 2007)

92.“Hukum alam berjalan menggilas ludah, hukum Tuhan katakan “Sabar!”.
(Kemarau – uncassette)

93.“Yang pasti hidup ini keras, tabahlah terimalah”.
(Joned – uncassette)

94.“Oh negeriku sayang bangkit kembali, jangan berkecil hati bangkit kembali”.
(Harapan Tak Boleh Mati – uncassette)

95.“Oh yang ditinggalkan tabahlah sayang, ini rahmat dari Tuhan kita juga pasti pulang”.
(Harapan Tak Boleh Mati – uncassette)

96.“Tuhan ampunilah kami, ampuni dosa-dosa kami, ampuni kesombongan kami, ampuni bangsa kami, terimalah disisi-Mu korban bencana ini”.
(Saat Minggu Masih Pagi – uncassette)

97.“Nyatakan saja apa yang terasa walau pahit biasanya, jangan disimpan jangan dipendam, merdekakan jiwa”.
(Nyatakan Saja – uncassette)

98.“Usiamu tak lagi muda untuk terus terusan terjajah, jangan lagi membungkuk bungkuk agar dunia mengakuimu”.
(Merdeka – uncassette)

99.“Kau paksa kami untuk menahan luka ini, sedangkan kau sendiri telah lupa”.
(Luka Lama – uncassette)

100. “Oh Tuhan tolonglah, lindungi kami dari kekhilafan, oh ya Tuhan tolonglah, Ramadhan mengetuk hati orang orang yang gila perang”.
(Selamat Tinggal Ramadhan – uncassette)


//sumber: Blog resmi Iwan Fals Fans Club "iwanfalsmania.blogspot.com"

Teori Spiral Keheningan Komunikasi Massa

Elizabeth Noelle-Neumann (seorang professor emeritus penelitian komunikasi dari Institute fur Publiziztik Jerman) adalah orang yang memperkenalkan teori spiral keheningan/kesunyian ini. Teori ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1984 melalui tulisannya yang berjudul The Spiral of Silence. Secara ringkas teori ini ingin menjawab pertanyaan, mengapa orang-orang dari kelompok minoritas sering merasa perlu untuk menyembunyikan pendapat dan pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas? Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa seseorang sering merasa perlu menyembunyikan “sesuatu”-nya ketika berada dalam kelompok mayoritas.
Bahkan orang-orang yang sedang berada dalam kelompok mayoritas sering merasa perlu untuk mengubah pendiriannya. Sebab, kalau tidak mengubah pendiriannya ia akan merasa sendiri. Ini bisa diamati pada individu yang menjadi masyarakat pendatang di suatu kelompok tertentu. Ia merasa perlu diam seandainya pendapat mayoritas bertolak belakang dengan pendapat dirinya atau kalau pendapat itu tidak merugikan dirinya, bahkan ia sering merasa perlu untuk mengubah pendirian sesuai dengan kelompok mayoritas dimana dia berada.

Kajian Noelle-Neumann ini menitikberatkan peran opini dalam interaksi sosial. Sebagaimana kita ketahui, opini publik sebagai sebuah isu kotroversial akan berkembang pesat manakala dikemukakan lewat media massa. Ini berarti opini publik orang-orang juga dibentuk, disusun, dikurangi oleh peran media massa. Jadi ada kaitan erat antara opini dengan media massa. Opini yang berkembang dalam kelompok mayoritas dan kecenderungan seseorang untuk diam (sebagai basis dasar teori spiral kesunyian) karena dia barasal dari kelompok minoritas juga bisa dipengaruhi oleh isu-isu dari media massa.
Untuk memperjelas teori ini bisa diilustrasikan pada kejadian di Indonesia. Di Indonesia, terjadi dua kelompok besar yang setuju dengan penerapan demokrasi dengan yang tidak. Bagi kelompok yang pro demokrasi dikatakan bahwa demokrasi adalah hasil akhir dan paling baik yang akan mengantarkan bangsa Indonesia ke kehidupan yang lebih baik di masa datang. Asumsi lainnya, bahwa masyarakat itu adalah pilar utama negara, maka demokrasi harus dijalankan dalam berbagai aspek kehidupan. Sedangkan bagi kelompok penentang demokrasi mengatakan bahwa kita sudah punya cara sendiri dalam mengatur negara dan masyarakat Indonesia, kita punya Pancasila, dan kita adalah bangsa yang mementingkan persatuan. Demokrasi hanya akan mengancam keharmonisan hidup selama ini. Bagi kalangan Islam mengatakan bahwa demokrasi dalam Islam itu sudah ada dan tak perlu mengubahnya.
Berbagai pendapat yang bertolak belakang tersebut berkembang dan “bertarung” baik dalam wacana keseharian atau disebarkan melalui media massa. Baik yang pro dan kontra sama-sama kuat di dalam membentuk opini publik. Namun demikian, sejalan dengan perkembangan dan perubahan politik dunia, ide pelaksanaan demokrasi akhirnya yang bisa dikatakan menang.
Mereka yang dahulunya, menolak demokrasi mulai melunak. Para intelektual muslim yang dahulu menolak demokrasi kemudian mengatakan menerima demokrasi karena dalam Islam juga ada demokrasi atau karena Islam dan demokrasi tidak bertolak belakang. Sementara kelompok yang dahulunya penentang demokrasi lebih memilih diam. Sebab, mayoritas opini yang berkembang adalah mendukung pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Baca lebih lengkap: Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Rajawali Pers, Jakarta, 2007.